Drama tentang toleransi adalah salah satu bentuk seni yang kuat dalam menyampaikan pesan-pesan penting tentang pentingnya menghormati perbedaan dan hidup berdampingan secara damai dalam masyarakat yang multikultural.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi daftar drama tentang toleransi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengilhami toleransi dan kerukunan di antara beragam kelompok dalam masyarakat kita.
Rekomendasi Drama tentang Toleransi
Tanpa berlama-lama, berikut ini adalah rekomendasi Daftar Drama tentang Toleransi yang patut Anda tonton bersama keluarga di rumah.
1. Tanda Tanya (?)
Drama tentang Toleransi yang pertama adalah “Tanda Tanya (?). Film Tanda Tanya merupakan karya ke-14 dari sutradara ternama Hanung Bramantyo. Plotnya mengisahkan konflik yang terjadi dalam lingkup keluarga dan hubungan persahabatan di sekitar area dekat Pasar Baru, Semarang, Jawa Tengah.
Para aktor utamanya meliputi Revalina S. Temat, Reza Rahadian, Agus Kuncoro, Endhita, Rio Dewanto, dan Hengky Solaiman. Tema sentral film ini adalah pluralisme agama di Indonesia, dengan penekanan pada konflik yang muncul akibat perbedaan.
Film ini menggambarkan permasalahan dalam keluarga dan individu, merefleksikan realitas sosial di Indonesia seperti kebencian antar etnis atau agama.
Radikalisme agama, seperti penusukan pastor dan serangan bom gereja, serta upaya penanggulangannya, juga diangkat.
Cerita sebenarnya tidak mengarah pada nilai benar atau salah dalam film Tanda Tanya, melainkan menekankan pentingnya relasi antar manusia. Tema sentralnya adalah toleransi beragama, yang terungkap lewat kata-kata Menuk, “Cinta diajarkan Tuhan melalui agama yang berbeda-beda.”
2. Lima
Mengambil inspirasi dari ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia, film ini lahir dengan sentuhan lima sutradara berbakat: Adriyanto Dewo, Harvan Agustriansyah, Lola Amaria, Tika Pramesti, dan Shalahuddin Siregar.
Dengan semangat Pancasila sebagai fokus utama, film ini hadir untuk menghadirkan kisah yang mendalam.
Dirilis pada 31 Mei 2018 dalam rangka menyambut Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni, film ini menghadirkan sentuhan unik antara drama dan komedi dalam suasana yang sederhana.
Cerita berfokus pada lima tokoh utama: Fara, Aryo, Adi, Maryam, dan Bi Ijah, dengan pesan utama mengenai pentingnya menghargai perbedaan, seiring dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika yang dianut oleh bangsa ini.
Fara, Aryo, dan Adi mengalami pukulan berat ketika kehilangan ibu mereka, Maryam. Walaupun perbedaan agama, hanya Fara yang mengamini keyakinan ibunya sebagai muslim.
Perselisihan muncul seputar pemakaman Maryam dan memicu perdebatan yang memanas di antara ketiga anaknya. Namun, akhirnya konflik tersebut dapat diatasi dengan penyelesaian yang adil dan damai.
Kendala kemudian muncul dalam kehidupan anak-anaknya. Adi, yang sering menjadi korban bullying, tanpa sengaja menyaksikan peristiwa kekerasan yang tak manusiawi dan berusaha memberikan bantuan.
Fara, sebagai pelatih renang, dihadapkan pada tantangan besar dalam menyeleksi atlet pelatnas tanpa memandang latar belakang ras.
Aryo, sebagai anak sulung, harus mengambil peran pemimpin dalam mengelola persoalan warisan. Di saat bersamaan, Ijah terpaksa harus kembali ke kampung halaman untuk mencari keadilan bagi keluarganya yang terancam.
3. My Name is Khan
My Name is Khan mengisahkan tentang Rizwan Khan (Shah Rukh Khan), seorang lelaki muslim dengan Sindrom Asperger, yaitu suatu kondisi spektrum autisme. Dia tumbuh besar di Borivali bersama saudara laki-lakinya, Zakir (Jimmy Shergill), serta ibunya, Razia.
My Name Is Khan membuka cerita dengan adegan di bandara, di mana Rizwan Khan ditahan oleh petugas bandara karena dicurigai terlibat dalam tindakan terorisme.
Penggunaan alur maju-mundur digunakan sebagai teknik naratif, mempresentasikan adegan masa kini secara kronologis dan melompat kembali ke masa lalu, mengungkap perjalanan hidup Rizwan dan karakter lainnya. Penerapan alur ini membantu menjaga kejelasan dan koherensi bagi penonton.
Struktur film dapat dibagi menjadi dua babak utama: sebelum dan setelah peristiwa tragedi 11 September. Kedua babak ini menghadirkan beragam konflik, mulai dari perjuangan Rizwan menghadapi Sindrom Asperger hingga permasalahan agama yang mempengaruhi interaksi karakter dalam cerita.
4. Rumah di Seribu Ombak
Rumah di Seribu Ombak mengisahkan tentang persahabatan yang melewati batas-batas perbedaan, tumbuh menjadi cinta, dan berakhir dengan tragedi.
Dengan latar belakang panorama alam yang eksotis di Singaraja, Bali, film ini disajikan dengan gambar-gambar gelap yang memperkuat suasana melankolis, meninggalkan kesan yang mendalam dalam hati penonton setelah menonton.
Rumah di Seribu Ombak membawa kita ke dalam kenangan tokoh Samihi saat sudah dewasa, diperankan oleh Andre Julian. Kisah ini dimulai dari pertemuan Samihi muda (Risjad Aden) dengan Wayan Manik, atau Yanik (Dedey Rusma).
Samihi, seorang pendatang muslim di kampung tersebut, sering dijahili oleh anak-anak setempat. Tapi semuanya berubah saat Yanik melihat kejadian itu dan memberikan pertolongannya, memulai sebuah persahabatan yang berharga.
Yanik, asli Singaraja dan penganut agama Hindu, menjadi tokoh penting dalam kehidupan Samihi.
Saat Samihi ingin mengikuti lomba ngaji, Yanik membantu dengan membawanya bertemu guru kidung untuk meningkatkan kualitas vokalnya. Melalui momen ini, film dengan indahnya menggambarkan pesan kuat bahwa perbedaan tidak perlu menghalangi persatuan yang tulus.
5. Bid’ah Cinta
Tanggal 16 Maret 2017, film Bidah Cinta menghiasi layar bioskop dengan cerita yang menarik. Disutradarai oleh Nurman Hakim, film ini mengisahkan tentang kisah cinta yang terjalin di tengah kota Betawi.
Para aktor dan aktris ternama Indonesia, seperti Ibnu Jamil, Dewi Irawan, Ayushita, Dimas Aditya, Yoga Pratama, Alex Abbad, Tanta Ginting, dan masih banyak lagi, berperan dalam film yang penuh warna ini.
Film Bidah Cinta bercerita mengenai hubungan asmara yang penuh tantangan antara Khalida (diperankan oleh Ayushita) dan Kamal (diperankan oleh Dimas Aditya), yang mengalami penolakan akibat pertentangan pandangan agama dalam keluarga mereka: Islam puritan dan Islam tradisional.
Perbedaan pandangan ini memunculkan konflik yang mendalam dalam hubungan mereka. Khalida, putri dari H Rohili, memiliki ikatan yang erat dengan komunitas pemuda di kampung.
Di sisi lain, Kamal adalah anak H Jamat, seorang tokoh haji kaya yang mendukung penyebaran ajaran Islam puritan melalui yayasan yang dikelola oleh Ustadz Jaiz.
Khalida merasa khawatir dengan perubahan ini, sedangkan Kamal merasa bingung dan tertekan oleh tuntutan kompleks dari pandangan agama yang berbeda.
Baca Juga:
Demikianlah rekomendasi Film Drama tentang Toleransi dari Galeri Film. Semoga daftar di atas memberi inspirasi bagi Anda dan keluarga dalam menjalani kehidupan Beragama, berbangsa dan bernegara. Selamat Menonton!